Makhluk
bumi yang bernama cewek selalu saja dapat menghadirkan cerita bagi dunia.
Cerita ala Upik Abu yang dengan bantuan Ibu Peri dapat menjadi Cinderella nan
cantik rupawan dan akhirnya menjadi pendamping hati pangeran atau kisah berliku
ala Betty La Fea. Cewek smart dan baik hati, tapi karena wajahnya yang di bawah
standar harus berjuang mempertahankan harga diri dan meraih cinta pria pujaan
di tengah serbuan cibiran dan pandangan sebelah mata wanita-wanita jelita.
Beratus
cerita yang serupa hadir di depan mata setiap saat, setiap waktu. Kisah boleh
ber-setting dan beralur berbeda, tapi ujungnya sama. Cewek bisa jadi
pemenang di akhir cerita jika dia telah berubah. Baik hati dan tidak sombong
saja tidak cukup, tapi juga harus disertai transformasi menjadi cantik atau
lebih cantik! Ini yang kudu! Kalau enggak, enggak seru!
Sebagian
besar cewek sangat mungkin bilang setuju. Ngaku aja, deh. Di benak kita menjadi
cantik dan menarik menjadi sebuah keharusan kalau keberadaan kita ingin diakui
dan dihargai. Apalagi pernyataan dari sebagian kaum adam yang memasukkan good
looking, cantik, seksi en semacamnya jadi salah satu kriteria yang harus
ada pada cewek idaman mereka. Bikin urat ego kita makin kenceng.
Akhirnya,
kita berlomba untuk menjadi cantik. Padahal, kalau kita ditanya, “Sebenarnya
cantik itu kayak apa, sih?” atau “Cantik itu yang bagaimana?” pasti jawabannya
enggak satu.
Ada
yang bilang kalau cantik itu berkulit putih, mulus, dan hidung mancung. Ada
lagi yang menambahkan kalau cantik itu tinggi, seksi, punya rambut lurus hitam
menawan.
Kita
yang punya definisi cantik seperti itu sangat dimungkinkan karena terprovokasi
oleh berbagai iklan kecantikan yang berseliweran di televisi atau radio. Kulit
mulus putih ala Shopia Latjuba atau Tamara Blezinsky bikin kita iri dan segera
membeli sabun yang sama. Rambut panjang dan hitam menawan seorang cewek yang
katanya Cuma karena menggunakan se-sachet shampo membuat kita gerah dan
segera mengikuti jejaknya.
Kita
jadi sibuk dengan urusan jerawat yang sebenarnya enggak gawat-gawat amat. Kita
jadi panik demi melihat rambut yang kembali keriting keriwil walaupun
berkali-kali di-rebounding. Kita menjelma menjadi putri malu karena
kulit kita tidak kunjung terang padahal segala produk pemutih sudah
dipergunakan. Hidung yang sejak lahir sebenarnya telah memiliki bentuk dan
ukuran yang pas. Pas lubangnya dua dan pas mancung ke dalam tiba-tiba masuk ke
agenda perbaikan. Supaya kayak hidungnya Nicole Kidman, katanya, Wuih!!!!!!!!!
Padahal,
tau enggak, sih??? Semua iklan enggak lepas dari rekayasa. Enggak percaya?
Bondan E.S.P – Doi copy-writer andalan Avicom, salah satu agensi
periklanan terkemuka, buka-bukaan soal itu. Dia bilang untuk iklan produk
rambut misalnya, rambut si model dibikin rusak habis! Gimana enggak? Sebelum
proses shooting dimulai rambut model dua jam dicuci dan di-blow.
Rambut bisa oke karena dimanipulasi dengan menghitamkan berulang kali (www.
Pikiran-rakyat.com/cetak/belia). Hasilnya kita bisa lihat di televisi.
Jerawat?
Emang, sih, kadang bikin kiat bete. Tapi, itu enggak seharusnya membuat kita
jadi merasa orang yang paling malang sedunia. So, what gitu, loh?! Cuma
jerawat!
Merawat
tubuh especially wajah buat cewek bukan sesuatu yang salah, harus malah.
Tapi, keinginan untuk menjaga kebersihan tubuh dan segala bentuk perawatannya
jangan sampai bikin kita gelap mata. Saat satu produk diluncurkan inginnya kita
yang jadi orang pertama yang mencobanya. Ketika produk lain bermunculan kita
pun rela ikut dalam perburuan. Pilah dan pilih secara bijak, dong. Pilah mana
produk yang sesuai sama jenis kulit kita dan cocok sama kocek. Kalau sudah
begitu barulah pilihan bisa dijatuhkan.
Bentuk
wajah, hidung, atau bagian tubuh lain itu anugerah dari Allah Maha Pencipta.
Kita mestinya bersyukur masih diberikan anggota tubuh yang lengkap dan
berfungsi sempurna tanpa cacat. Bagaimanapun bentuk dan ukurannya.
Bagi
yang memiliki kekurangan atau cacat pada bagian tubuh tertentu pun tidak
memiliki alasan untuk bermuram durja dan merasa dunia berhenti berputar
untuknya. Allah masih sayang sama kita. Buktinya Allah masih memberikan
kesempatan buat kita untuk hidup dan mengisinya dengan saling tolong - menolong
dan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Iya, kan?
Jadi,
jangan gampang percaya iklan. Putih dalam 4 atau 6 minggu? Lihat dulu bagian
dalam lengan kita, karena itu menjadi ukuran bisa seputih apa sebenarnya kulit
kita. Produk pemutih apapun enggak banyak membantu kalau memang ambang batas
warna kulit yang ditunjukkan bagian dalam lengan kita mentok di warna coklat
tua. Pede aja lagi. Orang Afrika aja adem ayem, tuh! Padahal kulitnya hitam
legam. Biar hitam tapi manis, gitu.
Naomi
Wolf di Beauty Myth-nya bilang kalo kecantikan itu merupakan benteng
terapuh para kaum hawa yang digempur industri kecantikan (Prambudy, 17 Juli
2005). Enggak salah, sih, Wolf punya pendapat seperti itu. Perhatiin aja diri
kita. Derasnya iklan produk kecantikan membuat kita menjadi manusia yang paling
gampang ke lain hati . . . eh lain produk, paling mudah goyah. Tawaran hasil
sempurna dari berbagai produk kecantikan membuat kita mudah terperangah, dan
jika impian tidak dapat diraih kita menjadi gelisah. Duh, duh ... segitunya.
Kita
mesti memiliki jaringan sensor yang sensitif terhadap tayangan iklan. Kita
mesti jadi cewek yang smart dalam menilai sebuah produk. Tubuh kita aman
dari berbagai bentuk eksperimen produk kecantikan dan kantung kita aman dari
pemborosan.
(
Dikutip dari buku Girl Power karya Nafisah FB )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar