My Everything

My Everything

Rabu, 07 Mei 2014

Beauty For Us

Beauty For Us


Makhluk bumi yang bernama cewek selalu saja dapat menghadirkan cerita bagi dunia. Cerita ala Upik Abu yang dengan bantuan Ibu Peri dapat menjadi Cinderella nan cantik rupawan dan akhirnya menjadi pendamping hati pangeran atau kisah berliku ala Betty La Fea. Cewek smart dan baik hati, tapi karena wajahnya yang di bawah standar harus berjuang mempertahankan harga diri dan meraih cinta pria pujaan di tengah serbuan cibiran dan pandangan sebelah mata wanita-wanita jelita.
Beratus cerita yang serupa hadir di depan mata setiap saat, setiap waktu. Kisah boleh ber-setting dan beralur berbeda, tapi ujungnya sama. Cewek bisa jadi pemenang di akhir cerita jika dia telah berubah. Baik hati dan tidak sombong saja tidak cukup, tapi juga harus disertai transformasi menjadi cantik atau lebih cantik! Ini yang kudu! Kalau enggak, enggak seru!
Sebagian besar cewek sangat mungkin bilang setuju. Ngaku aja, deh. Di benak kita menjadi cantik dan menarik menjadi sebuah keharusan kalau keberadaan kita ingin diakui dan dihargai. Apalagi pernyataan dari sebagian kaum adam yang memasukkan good looking, cantik, seksi en semacamnya jadi salah satu kriteria yang harus ada pada cewek idaman mereka. Bikin urat ego kita makin kenceng.
Akhirnya, kita berlomba untuk menjadi cantik. Padahal, kalau kita ditanya, “Sebenarnya cantik itu kayak apa, sih?” atau “Cantik itu yang bagaimana?” pasti jawabannya enggak satu.
Ada yang bilang kalau cantik itu berkulit putih, mulus, dan hidung mancung. Ada lagi yang menambahkan kalau cantik itu tinggi, seksi, punya rambut lurus hitam menawan.
Kita yang punya definisi cantik seperti itu sangat dimungkinkan karena terprovokasi oleh berbagai iklan kecantikan yang berseliweran di televisi atau radio. Kulit mulus putih ala Shopia Latjuba atau Tamara Blezinsky bikin kita iri dan segera membeli sabun yang sama. Rambut panjang dan hitam menawan seorang cewek yang katanya Cuma karena menggunakan se-sachet shampo membuat kita gerah dan segera mengikuti jejaknya.
Kita jadi sibuk dengan urusan jerawat yang sebenarnya enggak gawat-gawat amat. Kita jadi panik demi melihat rambut yang kembali keriting keriwil walaupun berkali-kali di-rebounding. Kita menjelma menjadi putri malu karena kulit kita tidak kunjung terang padahal segala produk pemutih sudah dipergunakan. Hidung yang sejak lahir sebenarnya telah memiliki bentuk dan ukuran yang pas. Pas lubangnya dua dan pas mancung ke dalam tiba-tiba masuk ke agenda perbaikan. Supaya kayak hidungnya Nicole Kidman, katanya, Wuih!!!!!!!!!
Padahal, tau enggak, sih??? Semua iklan enggak lepas dari rekayasa. Enggak percaya? Bondan E.S.P – Doi copy-writer andalan Avicom, salah satu agensi periklanan terkemuka, buka-bukaan soal itu. Dia bilang untuk iklan produk rambut misalnya, rambut si model dibikin rusak habis! Gimana enggak? Sebelum proses shooting dimulai rambut model dua jam dicuci dan di-blow. Rambut bisa oke karena dimanipulasi dengan menghitamkan berulang kali (www. Pikiran-rakyat.com/cetak/belia). Hasilnya kita bisa lihat di televisi.
Jerawat? Emang, sih, kadang bikin kiat bete. Tapi, itu enggak seharusnya membuat kita jadi merasa orang yang paling malang sedunia. So, what gitu, loh?! Cuma jerawat!
Merawat tubuh especially wajah buat cewek bukan sesuatu yang salah, harus malah. Tapi, keinginan untuk menjaga kebersihan tubuh dan segala bentuk perawatannya jangan sampai bikin kita gelap mata. Saat satu produk diluncurkan inginnya kita yang jadi orang pertama yang mencobanya. Ketika produk lain bermunculan kita pun rela ikut dalam perburuan. Pilah dan pilih secara bijak, dong. Pilah mana produk yang sesuai sama jenis kulit kita dan cocok sama kocek. Kalau sudah begitu barulah pilihan bisa dijatuhkan.
Bentuk wajah, hidung, atau bagian tubuh lain itu anugerah dari Allah Maha Pencipta. Kita mestinya bersyukur masih diberikan anggota tubuh yang lengkap dan berfungsi sempurna tanpa cacat. Bagaimanapun bentuk dan ukurannya.
Bagi yang memiliki kekurangan atau cacat pada bagian tubuh tertentu pun tidak memiliki alasan untuk bermuram durja dan merasa dunia berhenti berputar untuknya. Allah masih sayang sama kita. Buktinya Allah masih memberikan kesempatan buat kita untuk hidup dan mengisinya dengan saling tolong - menolong dan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Iya, kan?
Jadi, jangan gampang percaya iklan. Putih dalam 4 atau 6 minggu? Lihat dulu bagian dalam lengan kita, karena itu menjadi ukuran bisa seputih apa sebenarnya kulit kita. Produk pemutih apapun enggak banyak membantu kalau memang ambang batas warna kulit yang ditunjukkan bagian dalam lengan kita mentok di warna coklat tua. Pede aja lagi. Orang Afrika aja adem ayem, tuh! Padahal kulitnya hitam legam. Biar hitam tapi manis, gitu.
Naomi Wolf di Beauty Myth-nya bilang kalo kecantikan itu merupakan benteng terapuh para kaum hawa yang digempur industri kecantikan (Prambudy, 17 Juli 2005). Enggak salah, sih, Wolf punya pendapat seperti itu. Perhatiin aja diri kita. Derasnya iklan produk kecantikan membuat kita menjadi manusia yang paling gampang ke lain hati . . . eh lain produk, paling mudah goyah. Tawaran hasil sempurna dari berbagai produk kecantikan membuat kita mudah terperangah, dan jika impian tidak dapat diraih kita menjadi gelisah. Duh, duh ... segitunya.
Kita mesti memiliki jaringan sensor yang sensitif terhadap tayangan iklan. Kita mesti jadi cewek yang smart dalam menilai sebuah produk. Tubuh kita aman dari berbagai bentuk eksperimen produk kecantikan dan kantung kita aman dari pemborosan.

( Dikutip dari buku Girl Power karya Nafisah FB )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar